watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
enaknya memek gadis arab

Aku mendapat tugas ke sebuah kota kabupaten di
Kawasan Timur Indonesia. Ada sebuah peluang
proyek baru disana. Aku berangkat dengan seorang
Direktur. Setelah bertemu dengan para pejabat yang
berwenang dan mengutarakan tujuan kedatangan
kami, maka Direktur tersebut pulang terlebih dahulu
karena masih ada urusan lain di Jakarta. Tinggalah
aku disana mengurus semua perijinan sendirian
saja.
Hotel tempatku menginap adalah sebuah hotel yang
tidak terlalu besar, namun bersih dan enak untuk
tinggal. Letaknya agak sedikit di pinggiran kota, sepi,
aman, dan transport untuk kemana-mana relatif
mudah. Aku mendapat kamar dilantai 2 yang
letaknya menghadap ke laut. Setiap sore sambil
beristirahat setelah seharian berputar-putar dari satu
instansi ke instansi lainnya aku duduk di teras sambil
melihat laut.
Para karyawan hotel cukup akrab dengan
penghuninya, mungkin karena jumlah kamarnya
tidak terlalu banyak, sekitar 32 kamar. Aku cukup
akrab dan sering duduk di lobby, ngobrol dengan
tamu lain atau karyawan hotel. Kadang-kadang
dengan setengah bercanda aku ditawari selimut
hidup oleh karyawan hotel, mulai dari room boy
sampai ke security. Mereka heran selama hampir 3
minggu aku tidak pernah bawa perempuan. Aku
tersenyum saja, bukan tidak mau bro, tapi pikiranku
masih tersita ke pekerjaan.
Tak terasa sudah 3 minggu aku menginap di hotel.
Karena surat-surat yang diperlukan sudah selesai,
aku bisa sedikit bernafas lega dan mulai mencari
hiburan. Tadi malam aku kembali dapat merasakan
kehangatan tubuh perempuan setelah bergumul
selama 2 ronde dengan seorang gadis panggilan
asal Manado. Aku mendapatkannya dari security
hotel. Meskipun orangnya cantik dan putih, tetapi
permainannya tidak terlalu istimewa karena
barangnya terlalu becek dan sudak kendor, tapi
lumayanlah buat mengurangi sperma yang sudah
penuh.
Dua hari lagi aku akan pulang. Transportasi di
daerah ini memang agak sulit. Untuk ke Jakarta aku
harus ke ibukota propinsi dulu baru ganti pesawat
ke Jakarta. Celakanya dari kota ini ke ibukota propinsi
dalam 1 minggu hanya ada 4 penerbangan dengan
twin otter yang kapasitasnya hanya 17 seat. Belum
lagi cadangan khusus buat pejabat Pemda yang
tiba-tiba harus berangkat. Aku yang sudah booking
seat sejak seminggu yang lalu, ternyata masih
masuk di cadangan nomor 5.
Alternatifnya adalah dengan menaiki kapal laut milik
Pelni yang makan waktu seharian untuk sampai
ibukota propinsi. Rencanaku kalau tidak dapat seat
pesawat terpaksa naik kapal laut.
Sore itu aku ngobrol dengan security, yang
membantu mencarikan perempuan, sambil duduk-
duduk di cafe hotel. Kami membicarakan gadis
Manado yang kutiduri tadi malam. Kubilang aku
kurang puas dengan permainannya.
Tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada wanita
yang baru masuk ke cafe. Wanita itu kelihatan
bertubuh tinggi, mungkin 168 cm, badannya sintal
dan dadanya membusung. Wajahnya kelihatan
bukan wajah Melayu, tapi lebih mirip ke wajah
Timur Tengah. Security itu mengedipkan matanya
ke arahku.
” Bapak berminat ? Kalau ini dijamin oke, Arab
punya,” katanya.
Wanita tadi merasa kalau sedang dibicarakan. Ia
menatap ke arah kami dan mencibir ke arah security
di sampingku.
“Anis, sini dulu. Kenalan sama Bapak ini,” kata
security itu.
“Aku mau ke karaoke dulu,” balas wanita tadi.
Ternyata namanya Anis. Anis berjalan kearah meja
karaoke dan mulai memesan lagu.
Ruangan karaoke tidak terpisah secara khusus, jadi
kalau yang menyanyi suaranya bagus lumayan buat
hiburan sambil makan. Tapi kalau pas suara
penyanyinya berantakan, maka selera makan bisa
berantakan. Untuk karaoke tidak dikenakan charge,
hanya merupakan service cafe untuk tamu yang
makan disana.
“Dekatin aja Pak, temani dia nyanyi sambil kenalan.
Siapa tahu cocok dan jadi,” kata security tadi
kepadaku.
Aku berjalan dan duduk didekat Anis. Kuulurkan
tanganku, “Boleh berkenalan ? Namaku Jokaw”.
“Anis,” jawabnya singkat dan kembali meneruskan
lagunya. Suaranya tidak bagus cuma lumayan saja.
Cukup memenuhi standard kalau ada pertunjukan di
kampung.
Beberapa lagu telah dinyanyikan. dari lagu dan logat
yang dinyanyikan wanita ini agaknya tinggal di
Manado atau Sulawesi Utara. Dia mengambil gelas
minumannya dan menyerahkan mike ke tamu cafe
di dekatnya.
“Sendirian saja nona atau …,” kataku mengawali
pembicaraan.
“Panggil saja namaku, A…N…I…S, Anis,” katanya.
kami mulai terlibat pembicaraan yang cukup akrab.
Anis berasal dari Gorontalo. Ia memang berdarah
Arab. Menurutnya banyak keturunan Arab di
Gorontalo. Kuamati lebih teliti wanita di sampingku
ini. Hidungnya mancung khas Timur Tengah,
kulitnya putih, rambutnya hitam tebal, bentuk
badannya sintal dan kencang dengan payudaranya
terlihat dari samping membusung padat.
Kutawarkan untuk mengobrol di kamarku saja.
Lebih dingin, karena ber-AC, dan lebih rileks serta
privacy terjaga. Ia menurut saja. kami masuk ke
dalam kamar. Security tadi kulihat mengangkat
kedua jempolnya kearahku. Di dalam kamar, kami
duduk berdampingan di karpet dengan menyandar
ke ranjang sambil nonton TV. Anis masuk ke kamar
mandi dan sebentar kemudian sudah keluar lagi.
Kami melanjutkan obrolan. Ternyata Anis seorang
janda gantung, suaminya yang seorang pengusaha,
keturunan Arab juga, sudah 2 tahun
meninggalkannya namun Anis tidak diceraikan. ia
sedang mencoba membuka usaha kerajinan rotan
dari Sulawesi yang dipasarkan disini. Dikta ini dia
tinggal bersama familinya. Ia main ke hotel, karena
dulu juga pernah tinggal di hotel ini seminggu dan
akrab dengan koki wanita yang bekerja di cafe. dari
tadi siang koki tersebut sedang keluar, berbelanja
kebutuhan cafe.
Kulingkarkan tangan kiriku ke bahu kirinya. Ia sedikit
menggerinjal namun tidak ada tanda-tanda
penolakan. aku semakin berani dan mulai meremas
bahunya dan perlahan-lahan tangan kiriku menuju
kedadanya. Sebelum tangan kiriku sampai di
dadanya, ia menatapku dan bertanya, “Mau apa
kamu, Jokaw ?” Sebuah pertanyaan yang tidak perlu
dijawab.
Kupegang dagunya dengan tangan kananku dan
kudekatkan mukanya ke mukaku. Perlahan kucium
bibirnya. Ia diam saja. Kucium lagi namun ia belum
juga membalas ciumanku.
“Ayolah Anis, 2 tahun tentulah waktu yang cukup
panjang bagimu. Selama ini tentulah kamu
merindukan kehangatan dekapan seorang laki-laki,”
kataku mulai merayunya.
Kuhembuskan napasku ke dekat telinganya. Bibirku
mulai menyapu leher dan belakang telinganya.
“Akhh, tidak.. Jangan..,” rintihnya.
“Ayolah Nis, mungkin punyaku tidak sebesar punya
suami Arab-mu itu, namun aku bisa membantu
menuntaskan gairahmu yang terpendam”.
Ia menyerah, pandangan matanya meredup.
Kucium lagi bibirnya, kali ini mulai ada perlawanan
balasan dari bibirnya. tanganku segera meremas
dadanya yang besar, namun sudah sedikit turun. Ia
mendesah dan membalas ciumanku dengan berapi-
api. Tangannya meremas kejantananku yang masih
terbungkus celana.
Kududukan ia ditepi ranjang. Aku berdiri
didepannya. tangannya mulai membuka ikatan
pinggang dan ritsluiting celanaku, kemudian
menyusup ke balik celana dalamku. Dikeluarkannya
kejantananku yang mulai menegang. Dibukanya
celanaku seluruhnya hingga bagian bawah tubuhku
sudah dalam keadaan polos.
Mulutnya kemudian menciumi kejantananku,
sementara tangannya memegang pinggangku dan
mengusap kantung zakarku. Lama kelamaan
ciumannya berubah menjadi jilatan dan isapan kuat
pada kejantananku. Kini ia mengocok kejantananku
dengan mengulum kejantananku dan menggerakan
mulutnya maju mundur. Aliran kenikmatan segera
saja menjalari seluruh tubuhku. Tangannya
menyusup ke bajuku dan memainkan putingku.
Kubuka kancing bajuku agar tangannya mudah
beraksi di dadaku. Kuremas rambutnya dan
pantatkupun bergerak maju mundur menyesuaikan
dengan gerakan mulutnya.
Aku tak mau menumpahkan sperma dalam posisi
ini. Kuangkat tubuhnya dan kini dia dalam posisi
berdiri sementara aku duduk di tepi ranjang. Tanpa
kesulitan segera saja kubuka celana panjang dan
celana dalamnya. Rambut kemaluannya agak jarang
dan berwarna kemerahan. Kemaluannya terlihat
sangat menonjol di sela pahanya, seperti sampan
yang dibalikkan. Ia membuka kausnya sehingga
sekarang tinggal memakai bra berwarna biru.
Kujilati tubuhnya mulai dari lutut, paha sampai ke
lipatan pahanya. Sesekali kusapukan bibirku di bibir
vaginanya. Lubang vaginanya terasa sempit ketika
lidahku mulai masuk ke dalam vaginanya. Ia
merintih, kepalanya mendongak, tangannya yang
sebelah menekan kepalaku sementara tangan
satunya meremas rambutnya sendiri. Kumasukan
jari tengahku ke dalam lubang vaginanya,
sementara lidahku menyerang klitorisnya. Ia
memekik perlahan dan kedua tangannya meremas
payudaranya sendiri. Tubuhnya melengkung ke
belakang menahan kenikmatan yang kuberikan. Ia
merapatkan selangkangannya ke kepakalu.
Kulepaskan bajuku dan kulempar begitu saja ke
lantai.
Akhirnya ia mendorongku sehingga aku terlentang
di ranjang dengan kaki masih menjuntai di lantai. Ia
berjongkok dan, “Sllruup..”. Kembali ia menjilat dan
mencium penisku beberapa saat. Ia naik keatas
ranjang dan duduk diatas dadaku menghadapkan
vaginanya di mulutku. Tangannya menarik kepalaku
meminta aku agar menjilat vaginanya dalam posisi
demikian.
Kuangkat kepalaku dan segera lidahku menyeruak
masuk ke dalam liang vaginanya. Tanganku
memegang erat pinggulnya untuk membantu
menahan kepalaku. Ia menggerakan pantatnya
memutar dan maju mundur untuk mengimbangi
serangan lidahku. Gerakannya semakin liar ketika
lidahku dengan intens menjilat dan menekan
klitorisnya. Ia melengkungkan tubuhnya sehingga
bagian kemaluannya semakin menonjol. tangannya
kebelakang diletakan di pahaku untuk menahan berat
tubuhnya.
Ia bergerak kesamping dan menarikku sehingga aku
menindihnya. Kubuka bra-nya dan segera kuterkam
gundukan gunung kembar di dadanya. Putingnya
yang keras kukulum dan kujilati. Kadang kumisku
kugesekan pada ujung putingnya. Mendapat
serangan demikian ia merintih “Jokaw, ayo kita
lakukan permainan ini, Masukan sekarang..”.
Tangannya menggenggam erat penisku dan
mengarahkan ke lubang vaginanya. Beberapa kali
kucoba untuk memasukannya tetapi sangat sulit.
Sebenarnya sejak kujilati sedari tadi kurasakan
vaginanya sudah basah oleh lendirnya dan ludahku,
namun kini ketika aku mencoba untuk melakukan
penetrasi kurasakan sulit sekali. Penisku sudah mulai
mengendor lagi karena sudah beberapa kali belum
juga menembus vaginanya. Aku ingat ada kondom
di laci meja, masih tersisa 1 setelah 2 lagi aku pakai
tadi malam, barangkali dengan memanfaatkan
permukaan kondom yang licin lebih mudah
melakukan penetrasi. namun aku ragu untuk
mengambilnya, Anis kelihatan sudah di puncak
nafsunya dan ia tidak memberikan sinyal untuk
memakai kondom.
Kukocokkan penisku sebentar untuk
mengencangkannya. Kubuka pahanya selebar-
lebarnya. Kuarahkan penisku kembali ke liang
vaginanya.
“Jokaw.. Kencangkan dan cepat masukkan,”
rintihnya.
Kepala penisku sudah melewati bibir vaginanya.
Kudorong sangat pelan. Vaginanya sangat sempit.
Entah apa yang menyebabkannya, padahal ia sudah
punya anak dan menurut ceritanya penis suaminya
satu setengah kali lebih besar dari penisku. Aku
berpikir bagaimana caranya agar penis suaminya
bisa menembus vaginanya.
Penisku kumaju mundurkan dengan perlahan untuk
membuka jalan nikmat ini. Beberapa kali kemudian
penisku seluruhnya sudah menembus lorong
vaginanya. Aku merasa dengan kondisi vaginanya
yang sangat sempit maka dalam ronde pertama ini
aku akan kalah kalau aku mengambil posisi di atas.
Mungkin kalau ronde kedua aku dapat bertahan lebih
lama. Akan kuambil cara lain agar aku tidak jebol
duluan.
Kugulingkan badannya dan kubiarkan dia
menindihku. Anis bergerak naik turun menimba
kenikmatannya. Aku mengimbanginya tanpa
mengencangkan ototku, hanya sesekali kuberikan
kontraksi sekedar bertahan saja supaya penisku
tidak mengecil.
Anis merebahkan tubuhnya, merapat didadaku.
Kukulum payudaranya dengan keras dan
kumainkan putingnya dengan lidahku. Ia
mendengus-dengus dan bergerak liar untuk
merasakan kenikmatan. Gerakannya menjadi
kombinasi naik turun, berputar dan maju mundur.
Luar biasa vagina wanita Arab ini, dalam kondisi aku
dibawahpun aku harus berjuang keras agar tidak
kalah. Untuk mempertahankan diri kubuat agar
pikiranku menjadi rileks dan tidak berfokus pada
permainan ini.
15 menit sudah berlalu sejak penetrasi. Agaknya
Anis sudah ingin mengakhiri babak pertama ini. Ia
memandangku, kemudian mencium leher dan
telingaku.
“Ouhh.. jokaw, kamu luar biasa. Dulu dalam ronde
pertama biasanya suamiku akan kalah, namun kami
masih bertahan. Yeesshh.. Tahan dulu, sebentar
lagi.. Aku..”.
Ia tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu kini
saatnya beraksi. Kukencangkan otot penisku dan
gerakan tubuh Anispun semakin liar. Akupun
mengimbangi dengan genjotan penisku dari bawah.
Ketika ia bergerak naik, pantatku kuturunkan dan
ketika ia menekan pantatnya ke bawah akupun
menyambutnya dengan mengangkat pantatku.
Kepalanya bergerak kesana kemari. Rambutnya
yang hitam lebat acak-acakan. sprei sudah terlepas
dan tergulung di sudut ranjang. bantal di atas
ranjang semuanya sudah jatuh ke lantai. Keadaan
diatas ranjang seperti kapal yang pecah dihempas
badai. Ranjangpun ikut bergoyang mengikutu
gerakan kami. Suaranya berderak-derak seakan
hendak patah. Akupun semakin mempercepat
genjotanku dari bawah agar iapun segera berlabuh
di dermaga kenikmatan.
Semenit kemudian..
“Aaggkkhh.. Nikmat.. Ouhh.. Yeahh,” Anis
memekik.
Punggungnya melengkung ke atas, mulutnya
menggigit putingku. Kurasakan aliran kenikmatan
mendesak lubang penisku. Aku tidak tahan lagi.
Ketika pantatnya menekan ke bawah, kupeluk
pinggangnya dan kuangkat pantatku.
“Ouhh.. An.. Nis. Aku tidak tahan lagi.. Aku
sampaiihh!”
Ia memberontak dari pelukanku sampai peganganku
pada pinggulnya terlepas. pantatnya naik dan segera
diturunkan lagi dengan cepat.
“Jokaw.. Ouhh Jokaw.. Aku juga..”.
Kakinya mengunci kakiku dan badannya mengejang
kuat. dengan kaki saling mengait aku menahan
gerak tubuhnya yang mengejang. Giginya
menggigit lenganku sampai terasa sakit. Denyutan
dari dinding vaginanya saling berbalasan dengan
denyutan dipenisku. Beberapa detik kemudian, kami
masih merasakan sisa-sisa kenikmatan. ketika sisa-
sisa denyutan masih terjadi badannya menggetar. Ia
berbaring diatas dadaku sampai akhirnya penisku
mulai mengecil dan terlepas dengan sendirinya dari
vaginanya. Sebagian sperma mengalir keluar dari
vaginanya di atas perutku. Anis berguling ke
samping setelah menarik napas panjang.
“Luar biasa kamu Kaw. Suamiku tidak pernah
menang dalam ronde pertama, memang dalam
berhubungan ia sering mengambil posisi di atas.
tapi kami sanggup membawaku terbang ke
angkasa,” katanya sambil mengelus dadaku.
“Akupun rasanya hampir tidak sanggup
menandingimu. Mungkin sebagian besar laki-laki
akan menyerah di atas ranjang kalau harus bermain
denganmu. Milikmu benar-benar sempit,” kataku
balas memujinya.
Memang kalau tadi aku harus bermain diatas,
rasanya tak sampai sepuluh menit aku pasti sudah
KO. Makanya, jangan cuma penetrasi terus main
genjot saja, teknik bro!
“Kamu orang Melayu pribumi, tapi kok bulunya
banyak gini. Keturunan India atau mungkin Arab
ya?”
“Nggak ah, asli Indonesia lho..”.
Ia masih terus memujiku beberapa kali lagi. Kuajak
ia mandi bersama dan setelah itu kami duduk di
teras sambil minum soft drink dan melihat laut. Aku
hanya mengenakan celana pendek tanpa celana
dalam dam kaus tanpa lengan. Ia mengenakan
kemejaku, sementara bagian bawah tubuhnya
hanya ditutup dengan selimut yang dililitkan tanpa
mengenakan pakaian dalam.
Ia duduk membelakangiku. Tubuhnya disandarkan
di bahuku. Mulutku sesekali mencium rambut dan
belakang telinganya. Kadang mulutnya mencari
mulutku dan kusambut dengan ciuman ringan.
Tangan kanannya melingkar di kepalaku.

“Kamu nggak takut hamil melakukan hal ini
denganku?”tanyaku.
“Aku dulu pernah kerja di apotik, jadi aku tahu pasti
cara mengatasinya. Aku selalu siap sedia, siapa tahu
terjadi hal yang diinginkan seperti sore ini. Aku
sudah makan obat waktu masuk ke kamar mandi
tadi. Tenang saja, toh kalaupun hamil bukan kamu
yang menanggung akibatnya.” katanya enteng.
Jadi ia selalu membawa obat anti hamil. Untung saja
aku tadi tidak berlaku konyol dengan memakai
kondom. Mungkin saja sejak ditinggal suaminya ia
sudah beberapa kali bercinta dengan laki-laki. Tapi
apa urusanku, aku sendiri juga melakukannya. yang
penting malam ini ia menjadi teman tidurku.
Matahari sudah jauh condong ke Barat, sehingga
tidak terasa panas. hampir sejam kami duduk
menikmati sunset. Gairahku mulai timbul lagi.
Kubuka dua kancing teratas bajunya. Kurapatkan
kejantananku yang sudah mulai ingin bermain lagi
ke pinggangnya. Kususupkan tanganku kebalik
bajunya dan kuremas dadanya.
“Hmmhh..,” ia bergumam.
“Masuk yuk, sudah mulai gelap. Anginnya juga
mulai kencang dan dingin,” kataku.
Kamipun masuk ke dalam kamar sambil berpelukan.
Sekilas kulihat tatapan iri dan kagum dari tamu hotel
di kamar yang berseberangan dengan kamarku.
“I want more, honey!” kataku.
kami bersama-sama merapikan sprei dan bantal
yang berhamburan akibat pertempuran babak
pertama tadi. Kubuka bajunya dan kutarik selimut
yang menutup bagian bawah tubuhnya.
Kurebahkan Anis di ranjang. Kubuka kausku dan aku
berdiri di sisi ranjang di dekat kepalanya.
Anis mengerti maksudku. Didekatkan kepalanya ke
tubuhku dan ditariknya celana pendekku. Sebentar
kemudian mulut dan lidahnya sudah beraksi dengan
lincahnya di selangkanganku. Aku mengusap-usap
tubuhnya mulai dari bahu, dada sampai ke
pinggulnya. Peniskupun tak lama sudah menegang
dan keras, siap untuk kembali mendayung sampan.
Lima menit ia beraksi. Setelah itu kutarik kepalanya
dan kuposisikan kakinya menjuntai ke lantai. Kubuka
mini bar dan kuambil beberapa potong es batu di
dalam gelas. Kujepit es batu tadi dengan bibirku dan
aku berjongkok di depan kakinya. Kurenggangkan
kedua kakinya lalu dengan jariku bibir vaginanya
kubuka. Bibirku segera menyorongkan es batu ke
dalam vaginanya yang merah merekah. Ia terkejut
merasakan perlakuanku. Kaki dan badannya sedikit
meronta, namun kutahan dengan tanganku.
“Ouhh.. Jokaw.. Kamu.. Gila.. Gila.. Jangan.. Cukup
Kaw!” ia berteriak.
Aku tidak menghiraukan teriakannya dan terus
melanjutkan aksiku. Rupanya sensasi dingin dari es
batu di dalam vaginanya membuatnya sangat
terangsang. Kujilati air dari es batu yang mencair
dan mulai bercampur dengan lendir vaginanya.
“Jokaw.. Maniak kamu..,” ia masih terus memekik
setiap kali potongan es batu kutempelkan ke bagian
dalam bibir vagina dan klitorisnya.
Kadang es batu kupegang dengan jariku
menggantikan bibirku yang tetap menjilati seluruh
bagian vaginanya. Kakinya masih meronta, namun
ia sendiri mulai menikmati aksiku. Kulihat ke atas ia
menggigit ujung bantal dengan kuat untuk menahan
perasaannya.
Akhirnya semua potongan es batu yang kuambil
habis. Aku masih meneruskan stimulasi dengan
cara cunilingus ini. Meskipun untuk ronde kedua aku
yakin bisa bertahan lebih lama, namun untuk
berjaga-jaga akan kuransang dia sampai mendekati
puncaknya. yang pasti aku tak mau kalah ketika
bermain dengannya. Kurang lebih sepuluh menit
aku melakukannya.
Ia terhentak dan mengejang sesaat ketika klitorisnya
kugaruk dan kemudian kujepit dengan jariku.
Kulepas dan kujepit lagi. Ia merengek-rengek agar
aku menghentikan aksiku dan segera melakukan
penetrasi, namun aku masih ingin menikmati dan
memberikan foreplay dalam waktu yang agak lama.
Beberapa saat aku masih dalam posisi itu. tangan
kanannya memegang kepalaku dan menekannya ke
celah pahanya. Tangan kirinya meremas-remas
payudaranya sendiri.
Aku duduk di dadanya. Kini ia yang membrikan
kenikmatan pada penisku melalui lidah dan
mulutnya. Dikulumnya penisku dalam-dalam dan
diisapnya lembut. Giginya juga ikut memberikan
tekanan pada batang penisku. Dilepaskannya
penisku dan kini dijepitnya dengan kedua
payudaranya sambil diremas-remas dengan
gundukan kedua dagingnya itu. Kugerakkan
pinggulku maju mundur sehingga peniskupun
bergesekan dengan kulit kedua payudaranya.
Kuubah posisiku dengan menindihnya berhadapan,
kemudian mulutku bermain disekitar payudaranya.
Anis kelihatan tidak sabar lagi dan dengan sebuah
gerakan tangannya sudah memegang dan
mengocok penisku dengan menggesekannya pada
bibir vaginanya. Tanganku mengusap gundukan
payudaranya dan meremas dengan pelan dan hati-
hati. Ia menggelinjang. Mulutku menyusuri leher
dan bahunya kemudian bibirnya yang sudah
setengah terbuka segera menyambut bibirku. kami
segera berciuman dengan ganas sampai terengah-
engah. Penisku yang sudah mengeras mulai
mencari sasarannya.
Kuremas pantatnya yang padat dan kuangkat
pantatku.
“Jokaw.. Ayo.. Masukk.. Kan!”
Tangannya menggenggam penisku dan
mengarahkan ke dalam guanya yang sudah basah.
Aku mengikuti saja. Kali ini ia yang mengambil
inisiatif untuk membuka lebar-lebar kedua kakinya.
Dengan perlahan dan hati-hati kucoba memasukan
penisku kedalam liang vaginanya. Masih sulit juga
untuk menembus bibir vaginanya. tangannya
kemudian membuka bibir vaginanya dan dengan
bantuan tanganku maka kuarahkan penisku ke
vaginanya.
Begitu melewati bibir vaginanya, maka kurasakan
lagi sebuah lorong yang sempit. Perlahan-lahan
dengan gerakan maju mundur dan memutar maka
beberapa saat kemudian penisku sudah menerobos
kedalam liang vaginanya.
Aku bergerak naik turun dengan perlahan sambil
menunggu agar pelumasan pada vaginanya lebih
banyak. Ketika kurasakan vaginanya sudah lebih
licin, maka kutingkatkan tempo gerakanku. Anis
masih bergerak pelan, bahkan cenderung diam dan
menungguku untuk melanjutkan serangan
berikutnya.
Kupercepat gerakanku dan Anis bergerak melawan
arah gerakanku untuk menghasilkan sensasi
kenikmatan. Aku menurunkan irama permainan.
Kini ia yang bergerak liar. Tangannya memeluk
leherku dan bibirnya melumat bibirku dengan
ganas. Aku memeluk punggungnya kemudian
mengencangkan penisku dan menggenjotnya lagi
dengan cepat.
Kubisikkan untuk berganti posisi menjadi doggy
style. Ia mendorong tubuhku agar dapat berbaring
tengkurap. Pantatnya dinaikkan sedikit dan
tangannya terjulur kebelakang menggenggam
penisku dan segera menyusupkannya kedalam
vaginanya. Kugenjot lagi vaginanya dengan
menggerakkan pantatku maju mundur dan
berputar. Kurebahkan badanku di atasnya. kami
berciuman dengan posisi sama-sama tengkurap,
sementara kemaluan kami masih terus bertaut dan
melakukan aksi kegiatannya.
Aku menusuk vaginanya dengan gerakan cepat
berulang kali. Iapun mendesah sambil meremas
sprei. Aku berdiri di atas lututku dan kutarik
pinggangnya. Kini ia berada dalam posisi nungging
dengan pantat yang disorongkan ke kemaluanku.
Setelah hampir sepuluh menit permainan kami yang
kedua ini, Anis semakin keras berteriak dan
sebentar-bentar mengejang. Vaginanya terasa
semakin lembab dan hangat. Kuhentikan genjotanku
dan kucabut penisku.
Anis berbalik terlentang dan sebentar kemudian aku
naik ke atas tubuhnya dan kembali menggenjot
vaginanya. Kusedot putingnya dan kugigit bahunya.
Kutarik rambutnya sampai mendongak dan segera
kujelajahi daerah sekitar leher sampai telinganya. Ia
semakin mendesah dan mengerang dengan keras.
Ketika ia mengerang cukup keras, maka segera
kututup bibirnya dengan bibirku. Ia menyambut
bibirku dengan ciuman yang panas. Lidahnya
menyusup ke mulutku dan menggelitik langit-langit
mulutku. Aku menyedot lidahnya dengan satu
sedotan kuat, melepaskannya dan kini lidahku yang
masuk ke dalam rongga mulutnya.
kami berguling sampai Anis berada di atasku. Anis
menekankan pantatnya dan peniskupun semakin
dalam masuk ke lorong kenikmatannya.
“Ouhh.. Anis,” desahku setengah berteriak.
Anis bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-
lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan
memutar dari pinggulnya, maka penisku seperti
disedot sebuah pusaran. Anis mulai mempercepat
gerakannya, dan kusambut dengan irama yang
sama. Kini ia yang menarik rambutku sampai
kepalaku mendongak dan segera mencium dan
menjilati leherku. Hidungnya yang mancung khas
Timur Tengah kadang digesekkannya di leherku
memberikan suatu sensasi tersendiri.
Anis bergerak sehingga kaki kami saling menjepit.
kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga
kaki kiriku dijepit dengan kedua kakinya. dalam
posisi ini ditambah dengan gerakan pantatnya terasa
nikmat sekali. Kepalanya direbahkan didadaku dan
bibirnya mengecup putingku.
Kuangkat kepalanya, kucium dan kuremas buah
dadanya yang menggantung. Setelah kujilati dan
kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada
rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian
bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya
dengan satu ciuman yang dalam dan lama.
Anis kemudian mengatur gerakannya dengan irama
lamban dan cepat berselang-seling. Pantatnya
diturunkan sampai menekan pahaku sehingga
penisku masuk terbenam dalam-dalam menyentuh
rahimnya.
kakinya bergerak agar lepas dari jepitanku dan kini
kedua kakiku dijepit dengan kedua kakinya. Anis
menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi
duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia
kemudian menggerakan pantatnya maju mundur
sambil menekan kebawah sehingga penisku tertelan
dan bergerak ke arah perutku. Rasanya seperti
diurut dan dijepit sebuah benda yang lembut
namun kuat. Semakin lama semakin cepat ia
menggerakkan pantatnya, namun tidak
menghentak-hentak. darah yang mengalir ke
penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada
aliran yang merambat disekujur tubuhku.
“Ouhh.. Sshh.. Akhh!” Desisannyapun semakin
sering. Aku tahu sekarang bahwa iapun akan segera
mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak
kenikmatan.
“Tahan Nis, turunkan tempo.. Aku masih lama lagi
ingin merasakan nikmatnya bercinta denganmu”.
Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga
kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera
mengecup dan menciumi leherku. Tak ketinggalan
hidungnya kembali ikut berperan menggesek kulit
leherku. Aku sangat suka sekali ketika hidungnya
bersentuhan dengan kulit leherku.
“Jokaw.. Ouhh.. Aku tidak tahan lagi!” ia mendesah.
Kugelengkan kepalaku memberi isyarat untuk
bertahan sebentar lagi.
Aku bangkit dan duduk memangku Anis. Penisku
kukeraskan dengan menahan napas dan
mengencangkan otot PC. Ia semakin cepat
menggerakkan pantatnya maju mundur sementara
bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya
memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya
dan membantu mempercepat gerakan maju
mundurnya. Dilepaskan tangannya dari leherku dan
tubuhnya direbahkan ke belakang. Kini aku yang
harus bergerak aktif.
Kulipat kedua lututku dan kutahan tubuhnya di
bawah pinggangnya. Gerakanku kuatur dengan
irama cepat namun penisku hanya setengahnya saja
yang masuk sampai beberapa hitungan dan
kemudian sesekali kutusukkan penisku sampai
mentok. Ia merintih-rintih, namun karena posisi
tubuhnya ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Kini
aku sepenuhnya yang mengendalikan permainan, ia
hanya dapat pasrah dan menikmati.
Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya
ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola
matanya memutih. Giginya menggigit bahuku.
Kugulingkan tubuhku, kini aku berada diatasnya
kembali.
Kuangkat kaki kanannya ke atas bahu kiriku. Kutarik
badannya sehingga selangkangannya dalam posisi
menggantung merapat ke tubuhku. Kaki kirinya
kujepit di bawah ketiak kananku. Dengan posisi
duduk melipat lutut aku menggenjotnya dengan
perlahan beberapa kali dan kemudian kuhentakkan
dengan keras. Iapun berteriak dengan keras setiap
aku menggenjotnya dengan keras dan cepat.
Kepalanya bergerak-gerak dan matanya seperti mau
menangis. Kukembalikan kakinya pada posisi
semula.
Aku masih ingin memperpanjang permainan untuk
satu posisi lagi.
kakiku keluar dari jepitannya dan ganti kujepit kedua
kakinya dengan kakiku. Vaginanya semakin terasa
keras menjepit penisku. Aku bergerak naik turun
dengan perlahan untuk mengulur waktu. Anis
kelihatan sudah tidak sabar lagi. Matanya terpejam
dengan mulut setengah terbuka yang terus merintih
dan mengerang. Gerakan naik turunku kupercepat
dan semakin lama semakin cepat.
Kini kurasakan desakan kuat yang akan segera
menjebol keluar lewat lubang penisku. Kukira sudah
lebih dari setengah jam lamanya kami bergumul.
Akupun sudah puas dengan berbagai posisi dan
variasi. Keringatku sudah berbaur dengan
keringatnya.
Kurapatkan tubuhku di atas tubuhnya, kulepaskan
jepitan kakiku. Betisnya kini menjepit pinggangku
dengan kuat. Kubisikan, “OK baby, kini saatnya..”.
Ia memekik kecil ketika pantatku menekan kuat ke
bawah. Dinding vaginanya berdenyut kuat
menghisap penisku. Ia menyambut gerakan
pantatku dengan menaikan pinggulnya. Bibirnya
menciumku dengan ciuman ganas dan kemudian
sebuah gigitan hinggap pada bahuku.
Satu aliran yang sangat kuat sudah sampai di ujung
lubang penisku. Kutahan tekanan penisku ke dalam
vaginanya. Gelombang-gelombang kenikmatan
terwujud lewat denyutan dalam vaginanya
bergantian dengan denyutan pada penisku seakan-
akan saling meremas dan balas mendesak.
Denyut demi denyutan, teriakan demi teriakan dan
akhirnya kami bersama-sama sampai ke puncak
sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan
keras dan panjang.
“Anis.. Ouhh.. Yeaahh!!”
“Ahhkk.. Lakukan Jokaw.. Sekarang!!”
Akhirnya aliran yang tertahan sejak tadipun
memancar dengan deras di dalam vaginanya.
Kutekan penisku semakin dalam di vaginanya.
Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Ia
mempererat jepitan kakinya dan pelukan tangannya.
Kupeluk tubuhnya erat-erat dan tangannya menekan
kepalaku di atas dadanya. Ketika dinding vaginanya
berdenyut, maka kubalas dengan gerakan otot PC-
ku. Iapun kembali mengejang dan bergetar setiap
otot PC-ku kugerakkan.
Napas dan kata-kata penuh kenikmatan terdengar
putus-putus, dan dengan sebuah tarikan napas
panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. kami
masih saling mengecup bibir dan keadaan
kamarpun menjadi sunyi, tidak ada suara yang
terdebgar. hanya ada napas yang panjang
tersengal-sengal yang berangsur-angsur berubah
menjadi teratur.
Lima belas menit kemudian kami berdua sudah
bermain dengan busa sabun di kamar mandi. Kami
saling menyabuni dengan sesekali melakukan
cumbuan ringan. Setelah mandi barulah kami
merasa lapar setelah dua ronde kami lalui. Sambil
makan Anis menelpon familinya, kalau malam ini ia
tidak pulang dengan alasan menginap di rumah
temannya. Tentu saja ia tidak bilang kalau temannya
adalah seorang laki-laki bernama Jokaw.
Malam itu dan malam berikutnya tentu saja tidak
kami lewatkan dengan sia-sia. Mandi keringat, mandi
kucing, mandi basah dan tentunya mandi
kenikmatan menjadi acara kami berdua.
Esoknya setelah mengecek ke agen Merpati ternyata
aku masih mendapat seat penerbangan ke kota
propinsi, seat terakhir lagi. Ketika chek out dari hotel
kusisipkan selembar dua puluh ribuan ke tangan
security temanku. Ia tersenyum.
“Terima kasih Pak,” katanya sambil menyambut
tasku dan membawakan ke mobil.
“Kapan kesini lagi, Pak? kalau Anis nggak ada, nanti
akan saya carikan Anis yang lainnya lagi,” bisiknya
ketika sudah berangkat ke bandara.
Anis mengantarku sampai ke bandara dan sebelum
turun dari mobil kuberikan kecupan mesra di
bibirnya. Sopir mobil hotel hanya tersenyum
melihat tingkah kami.
Setahun kemudian aku kembali lagi ke kota itu dan
ternya Anis tidak berada di kota itu lagi. Ketika
kutelpon ke nomor yang diberikannya, penerima
telepon menyatakan tidak tahu dimana sekarang
Anis berada. Dengan bantuan security temanku
maka aku mendapatkan perempuan lainnya, orang
Jawa Tinur. Lumayan, meskipun kenikmatan yang
diberikannya masih di bawah Anis, arabian Girl who
has passion as like as Arabian horse.


Adult | GO HOME | Exit
1/1556
U-ON

inc Powered by Xtgem.com